Friday, March 9, 2018

Menghitung Ketidakterbatasan

Illustration by Putri Larasati Ayu

“Dasar 13! Si kikir 423871624 tidak mau menerima bantuanku, padahal nominal yang harus ia bayar tidak terlalu besar!” ujar 134949134 sedikit kesal, sambil menawarkan sebuah candu elektrik kepada 392763512. “Ah, aku sedang tidak butuh ketenangan, dan aku juga tidak punya banyak nominal untuk ditukar dengan candu. Sebentar lagi perayaan Hari Ketidakterbatasan, lebih baik menerima daripada memberi nominal,” tolaknya secara halus. Mereka berjalan menuju Pusat Penyetoran Nominal, 134949134 masih sibuk menghisap candu elektrik melalui sebuah pipa logam berwarna keemasan. Angka-angka virtual mulai mengitari kepalanya, candu elektrik ini lumayan kuat efeknya, sepertinya kualitas kelas 1.
“Menjelang hari besar ini, kamu harus bisa melihat peluang, semuanya bisa menjadi nominal. Bukakan pintu untuk si pendek 181527084 sebelum tangannya meraih pegangannya. Atau bawakan barang belanjaan si bungkuk 221890576, sebelum dia meminta tolong,” lanjut 392763512. Setibanya di Pusat Penyetoran Nominal, seorang petugas memindai gelang berwarna keperakan di pergelangan tangan kanan mereka, layar kecil sentuh di gelang menunjukkan nominal yang sudah mereka setor. 134949134 sudah menyumbangkan 123.827 finitas, dan 392763512 sedikit lebih banyak,134.765 finitas.
“Ah sayang tidak sebanyak minggu lalu, masih ada satu hari untuk mengumpulkan lebih banyak lagi. Semakin banyak menyetor nominal, semakin dekat menuju ketidakterbatasan. Itu yang Sang Infinitas selalu bilang,” ujar 134949134 bersemangat, nampaknya efek candu elektrik itu masih kuat. Ia dan 392763512 melangkah keluar dari Pusat Penyetoran Nominal, dan kemudian mereka berpisah di tengah jalan. 134949134 berjalan tanpa arah, sembari melihat sekeliling, mencari peluang untuk menerima nominal. Tampak si tua 482789719 sedang berjalan perlahan sambil memegang tongkatnya, ia terlihat kesulitan menaiki tangga sebuah bangunan tua. “Selamat sore pak tua, sini biar aku bantu menaiki tangga,” ucapnya sambil menuntun lelaki tua itu.
“Oh terima kasih anak muda, 134949134 bukan? Aku yakin kamu pasti sedang bersemangat mengumpulkan nominal sebanyak-banyaknya. Andai saja setiap orang memberikan bantuan tanpa harus mengharapkan nominal, aku dengar itu yang orang-orang lakukan ratusan tahun lalu,” ujar 482789719 sambil menekan layar sentuh di gelang berwarna keperakan yang ia kenakan, ia baru saja mentransfer 132 finitas sebagai imbalan untuk bantuan yang diberikan oleh 134949134. “Oh 13! Jaga bicaramu orang tua, pemikiran gila seperti itu sangatlah berbahaya! Kita semua tahu bahwa semua ada nominalnya, tidak ada yang gratis. Itulah sebabnya kenapa peradaban ratusan tahun yang lalu itu musnah!” ujar 134949134 geram. Ia menghisap lagi candu elektrik untuk menenangkan dirinya. 1 kali. 2 kali. 3 kali hisap. Angka-angka virtual mulai mengitari kepalanya, ia merasa tenang sekarang.
“Oh, candu ini bagus sekali, aku merasa baikan sekarang. Dengar orang tua, aku tidak mau berdebat. Aku bisa saja melaporkanmu ke Divisi Denominalisasi, dan kamu bisa ditahan sekarang juga. Tidak akan ada lagi 482789719, mereka akan membuatmu menjadi 0, seperti pemberontak lainnya di penjara busuk itu!” lanjutnya. “Aku pernah tinggal di sebuah Komunal Tanpa Nominal, sebuah tempat yang damai. Tidak ada yang pusing memikirkan cara untuk menyimpan atau menghabiskan nominal, semuanya berbagi secara sukarela. Sialnya bajingan-bajingan dari Divisi Denominalisasi membubarkan komunal itu, aku termasuk salah satu dari sedikit yang berhasil melarikan diri. Laporkan aku jika kamu mau, peduli setan menjadi 0 atau 1 atau 100 atau nominal terkutuk lainnya! Lebih baik membusuk di penjara daripada hidup di dunia yang serba perhitungan ini!” jawab 482789719.
134949134 kaget mendengar pengakuan orang tua itu, ternyata berita tentang sekumpulan pemberontak yang pernah ia dengar itu bukan sekedar bualan belaka. “Dasar 13! Komunal sinting itu telah mencuci otakmu, aku akan menghubungi Divisi Denominalisasi sekarang juga!” ucapnya geram. Ia mencari tombol pengaduan berwarna merah di sekelilingnya, biasanya selalu ada di setiap sisi gedung, untuk memudahkan melapor kepada Divisi Denominalisasi. Dasar 13, tidak ada satupun di sekitarnya. Bangunan tua itu berusia ratusan tahun, sisa-sisa dari peradaban yang sudah musnah.
134949134 tidak sadar sudah berjalan jauh menuju Area Tak Terhitung, mungkin karena pengaruh candu elektrik yang bagus itu. Hanya sampah masyarakat, orang-orang miskin nominal dan mereka yang murtad terhadap Sang Infinitas yang tinggal di sana. Tidak ada gedung-gedung tinggi berbentuk asimetris dan berlayar besar, yang setiap saat menayangkan jumlah nominal yang sudah disetorkan masyarakat Numerika kepada Sang Infinitas, atau memutar video paduan suara anak-anak yang menyanyikan himne pujian untuk menyambut Hari Ketidakterbatasan. Hanya ada bangunan-bangunan tua berusia ratusan tahun yang berbentuk persegi panjang dan terlihat membosankan, tingginya pun hanya sekitar 30 lantai.
“Oh, pengaruh candu elektrik itu sepertinya terlalu kuat, sampai kamu tidak menyadarinya. Kita berada di Area Tak Terhitung, tidak ada satupun peradaban modern di sini, termasuk tombol pengaduan brengsek itu. Simpan energimu, silakan buat pengaduan setelah kembali ke Numerika. Tapi aku pasti sudah menghilang begitu bajingan-bajingan itu datang ke sini untuk menangkapku!” seru 482789719 sambil menyeringai. “Ratusan tahun lalu, orang-orang dinamai dengan huruf, alih-alih angka. Sekarang semua dinamai dengan angka-angka terkutuk, karena itulah yang Sang Infinitas inginkan. Ia ingin kita berpikir bahwa semuanya mempunyai nominal: cinta, kasih sayang, pertolongan, anak, ayah, ibu, kakak, teman, rekan, hewan peliharaan, dan termasuk diri kita sendiri. Dasar sialan! Ya, sial! Pernah mendengar kata itu? Si sinting itu bahkan mengganti kata umpatan dengan angka!”
“Diam! Dasar gila! Oh Sang Infinitas, biarkan aku menghukum bajingan tua ini! Dasar 13!” 134949134 mencengkeram kerah jaket orang tua itu dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya siap melayangkan pukulan ke wajahnya. 482789719 menepis pukulannya dengan tangan kirinya, lalu ia memegang erat jaket 134949134 dengan kedua tangannya, kemudian ia mendorongnya sampai terjatuh dari tangga. 134949134 berteriak kesakitan, kepalanya terbentur pijakan tangga tua.
Orang tua itu sudah menghilang begitu ia berdiri. “Aaahhh dasar 13! Lihat pembalasanku nanti orang tua, sebentar lagi kamu akan ditangkap! Mereka akan membuatmu menjadi 0 seperti sampah lainnya di penjara itu! Kamu akan menyesal mempunyai pemikiran gila seperti itu, dasar brengsek!” Ia berusaha mengurangi rasa sakitnya dengan menghisap candu elektrik. “Aaahhhh lagi-lagi, dasar 13! Candu elektrikku sudah habis, seharusnya aku membawa lebih untuk cadangan. Oh Sang Infinitas, sekarang kepalaku terasa sakit dan aku sangat kesal sekali hari ini!”
Ia berjalan perlahan menuju Numerika, sembari memegangi kepalanya yang terluka. Sesampainya di tengah kota, ia berpapasan dengan rekan kerjanya, ia berusaha menghindar. “Ya ampun 134949134, apa yang terjadi dengan kepalamu? Sini biar aku perban,” ujar 271906542 sambil berusaha memegang kepalanya. “Hei jauhkan tanganmu, aku tidak akan memberikan 1 nominal pun untuk bantuan yang kamu berikan!” kata 134949134 kesal, sembari terus berjalan pulang. Sesampainya di kamarnya, ia mengambil candu elektrik untuk menenangkan dirinya, serta mengurangi rasa sakitnya. Setelah selesai memerban kepalanya, ia berjalan menuju lobi apartemen, untuk mencari tombol pengaduan berwarna merah itu.
134949134 tidak sengaja merogoh kantung jaketnya sambil berjalan, ternyata ada sebuah buku kecil di dalamnya. Ia mengeluarkannya dari kantungnya, buku itu sangat tua dan kertasnya sudah menguning. “Dasar 13! Bajingan tua itu pasti sengaja memasukkan buku terkutuk ini ke dalam kantung jaketku, saat berusaha mendorongku tadi!” Ia bergegas kembali ke dalam kamar untuk membakar buku tua itu, bisa jadi buku itu berisi tulisan-tulisan yang subversif, pikirnya. Ia bisa dituduh sebagai seorang pemberontak, apalagi kalau ada seseorang yang melihatnya kembali dari Area Tak Terhitung, itu hanya akan memperburuk keadaan. 134949134 melihat sekeliling, memastikan tidak ada yang melihatnya membawa buku tua itu, kemudian ia mengunci pintu apartemennya.
Sebelum membakar buku itu, 134949134 memutuskan untuk membaca lembarannya satu per satu. Entah apa yang ada di pikirannya, mungkin pengaruh candu elektriknya sangat kuat. Satu halaman bercerita tentang bagaimana orang-orang saling menolong tanpa mengharap imbalan, halaman lainnya bercerita tentang bagaimana perkawinan dilakukan atas dasar cinta, dan halaman selanjutnya tentang cara membesarkan seorang anak dengan kasih sayang. Ia terus membaca dengan heran, praktik-praktik yang dilakukan ratusan tahun lalu itu terasa tidak masuk akal di kepalanya. “Ini gila, bagaimana mereka bisa hidup tanpa nominal! Mencintai seseorang, memberi bantuan kepada orang lain, atau membesarkan anak dengan sukarela, tanpa mengharapkan 1 nominal pun? Itu ide paling sinting yang pernah kudengar!”
Tiba-tiba kepalanya terasa sakit, tetapi bukan akibat luka benturan itu. Tapi karena tulisan-tulisan di buku tua itu, yang terasa sangat asing baginya. Ia duduk di kursi berbentuk asimetris, kedua tangannya memegangi kepalanya. “Dasar 13! Apakah buku tua itu berisi kebohongan? Mungkin si bajingan 482789719 itu mengarangnya bersama teman-temannya? Tapi dilihat dari tekstur kertasnya, buku itu terlihat sangat tua. Dan tulisannya masih ditulis menggunakan pena, teknologi itu sudah musnah bersama dengan peradaban terkutuk itu ratusan tahun yang lalu,” gumamnya heran. Jam hologram di dinding kamarnya menunjukkan pukul 2 pagi, 134949134 tertidur di kursi asimetrisnya, terlalu lelah memikirkan isi dari buku tua itu, sampai-sampai ia bermimpi aneh.
Illustration by Putri Larasati Ayu

Dalam mimpinya, 134949134 membukakan pintu untuk si pendek 181527084. Tetapi saat ia hendak mentransfer 110 finitas, 134949134 menekan layar sentuh di gelangnya yang berwarna keperakan, proses transfer nominal pun gagal. Di potongan mimpi lainnya, 134949134 tiba-tiba membantu membawakan barang belanjaan si bungkuk 221890576. Tetapi saat ia hendak mentransfer 147 finitas, lagi-lagi 134949134 menggagalkan proses transfer nominal tersebut. Mimpinya kemudian berlanjut, 134949134 membantu si tua 482789719 menaiki sebuah tangga, dan ia berkata bahwa si tua itu tak perlu mentransfer 1 nominal pun, karena ia melakukannya secara sukarela. Tiba-tiba ia terbangun sembari berteriak, keringat membasahi seluruh tubuhnya. “Aaahhh sial! Sial! Mimpi gila macam apa ini!” Ia tidak sadar telah mengucapkan kata itu, alih-alih angka 13.
Jam hologram sudah menunjukkan pukul 2 siang, ia tertidur cukup lama. Untungnya hari itu semua pekerjaan diliburkan, karena besok adalah perayaan Hari Ketidakterbatasan. Ia terduduk lemas, kepalanya masih terasa sakit. Ia merasa sangat lelah untuk kembali mencari nominal, padahal hari itu adalah kesempatan terakhirnya untuk mengumpulkan nominal sebanyak-banyaknya, untuk disetor kepada Sang Infinitas. Dilemparkannya candu elektrik yang biasa menenangkannya, pipa logam berwarna keemasan itu hancur berserakan di lantai. “Candu brengsek! Biarkan angka-angka virtual gila itu terbang mengitari kepala orang lain, bukan di kepalaku!”
Ia menyiapkan sebuah kamera kecil berbentuk elips yang terbang dengan stabil di depan kursi asimetrisnya, kemudian menekan tombol untuk merekam video. Ia kembali duduk di kursinya, dan membaca ulang setiap halaman dari buku tua itu dengan lantang. Ia memutar ulang rekamannya beberapa kali, memastikan setiap ucapannya terdengar jelas di video itu. Jam hologram menunjukkan pukul 11 malam, ia sudah membaca ulang buku tua itu selama puluhan kali sampai hafal dengan isinya: tolong menolong itu tindakan sukarela, perkawinan itu sejatinya atas dasar cinta, membesarkan anak harus dengan kasih sayang, tidak semua hal harus dibayar dengan nominal, dan sederetan ide-ide lainnya yang asing di telinga masyarakat Numerika.
134949134 kembali tertidur di kursi asimetrisnya, dan terbangun pukul 9 pagi keesokan harinya, waktu yang tepat untuk bersiap-siap merayakan Hari Ketidakterbatasan. Ia segera mandi dan berpakaian. Saat ia hendak memakai gelang berlayar sentuh, tiba-tiba dibantingnya gelang itu hingga hancur berkeping-keping. “Nominal sialan! Sang Infinitas bajingan! Hari Ketidakterbatasan brengsek! Akan kuhancurkan tradisi gila ini, biar semuanya mampus!” teriaknya geram. Ia bergegas turun ke jalan, ribuan orang sudah berkumpul untuk merayakan hari besar itu.
Iring-iringan kereta mesin dengan gerbong panjang berjalan pelan di tengah kota, di sisi kiri dan kanan gerbongnya terdapat layar-layar kecil yang menayangkan video tentang kehebatan Sang Infinitas. Gedung-gedung tinggi berbentuk asimetris dan berlayar besar menayangkan jumlah nominal yang sudah disetorkan masyarakat Numerika kepada Sang Infinitas, tahun ini mereka berhasil mengumpulkan 132.876.290.178.982 finitas. Layar besar di gedung-gedung asimetris lainnya memutar video paduan suara anak-anak, khusyuk menyanyikan himne pujian untuk menyambut Hari Ketidakterbatasan. Ini adalah hari besar yang ditunggu-tunggu masyarakat Numerika.
134949134 berjalan menuju Pusat Propaganda Numerika, hubungan baiknya dengan banyak pejabat pemerintahan memudahkannya untuk memasuki gedung itu. Tak ada yang menaruh curiga, ia juga seorang Ahli Angka Digital yang cukup dikenal. Hanya ada 3 petugas yang bertugas menayangkan video-video yang berisi tentang kehebatan Sang Infinitas, himne pujian kepada Sang Infinitas, sejarah berdirinya Numerika serta sakralnya Hari Ketidakterbatasan. Petugas-petugas lainnya berjaga di luar gedung, sedikit beruntung karena bisa melihat kemeriahan hari besar itu. “Hei temanku 216758902, mau candu elektrik yang bagus ini? Sepertinya kelas 1, cukup ampuh untuk membuatmu rileks saat menjalankan tugas penting ini,” ucap 134949134. Tanpa menaruh curiga, 216758902 menghisap candu elektrik itu dan langsung jatuh tersungkur. Candu elektrik itu bukan candu kelas 1, melainkan candu ilegal yang didapatnya di sebuah pasar gelap. Cukup untuk menenangkan penggunanya selama 3 hari.
1 petugas sudah berhasil dilumpuhkan, masih ada 2 petugas lainnya. Sialnya, hanya tersisa 1 candu elektrik lagi di dalam kantung jaketnya. 325670161 juga menerima tawaran 134949134 tanpa menaruh curiga, ia pun langsung jatuh tak sadarkan diri. 1 petugas lagi, 0 candu elektrik tersisa. “Ah 133254670, apa kabar teman? Aku suka semangatmu di hari besar ini, kamu memang pantas ditunjuk untuk tugas penting ini!” ujar 134949134 sambil memeluknya, kemudian memukulnya tepat di ulu hati. Ia langsung pingsan seketika. 134949134 mengikat tangan dan kakinya serta menyumpal mulutnya, kemudian menguncinya di dalam gudang. “Sial, mudah-mudahan dia tidak menjadi 0, alias tak bernyawa. Ah peduli setan!” 134949134 lalu mengutak-atik mesin pemutar propaganda dengan ratusan tombol itu, hal yang mudah bagi seorang Ahli Angka Digital. Ia memasukkan rekaman video yang sudah dibuatnya ke dalam mesin itu, dan memasang waktu sekitar 45 menit dari sekarang. Waktu yang cukup baginya untuk melarikan diri ke Area Tak Terhitung. Ia bergegas keluar dari gedung, kemudian berjalan menjauhi kerumunan. Angka 132.876.290.178.982 ditayangkan di sebuah layar besar, saat ia menoleh ke salah satu gedung asimetris. “Dasar tolol, kalau ketidakterbatasan itu bisa dihitung, berarti itu adalah sebuah keterbatasan!”
Sebelum berjalan menjauhi Numerika, ia menyalakan kamera kecil miliknya yang berbentuk elips, dan menerbangkannya ke tengah kota. Kamera itu mendarat di salah satu gedung, bertengger di tempat yang tidak mudah untuk dilihat. Menit ke 10, ia masih terus berjalan menjauhi kota. Menit ke 20, ia masih terus berjalan. Menit ke 30, ia sudah mendekati Area Tak Terhitung. Menit ke 40, ia memasuki sebuah gedung tua tak berpenghuni. Menit ke 45, ia naik ke tingkat paling atas. Ia mengeluarkan sebuah proyektor berbentuk segitiga dan menekan tombolnya. Benda kecil itu memproyeksikan sebuah hologram, menayangkan secara langsung rekaman yang ditangkap kamera kecilnya yang ditinggalkan di tengah kota.
Terlihat ribuan orang berkumpul di depan panggung utama di tengah kota, terlihat khidmat menyaksikan proyeksi hologram Sang Infinitas yang sedang berpidato. “Masyarakat Numerika! Di Hari Ketidakterbatasan ini, kalian sudah menyetorkan sebanyak 132.876.290.178.982 finitas. Sebuah nominal yang sangat besar, jauh dibandingkan tahun lalu. Aku sangat menghargai jerih payah kalian! Ingat, semakin banyak kalian mengumpulkan nominal, semakin dekat kalian menuju ketidakter….” Tiba-tiba proyeksi hologram Sang Infinitas terputus, dan berganti menjadi proyeksi rekaman video 134949134 saat membacakan isi dari buku tua itu. “Selamat siang masyarakat Numerika yang tolol, selamat merayakan hari terkutuk ini. Aku akan memberitahukan sebuah kebenaran…” 134949134 duduk sambil menyaksikan secara langsung melalui proyektornya, wajahnya menyeringai dan ia tertawa kencang. Hari itu adalah Hari Ketidakterbatasan terakhir yang pernah dirayakannya.

Sunday, February 25, 2018

Harga Sebuah Kecantikan


“Baru! Urax 300, suplemen penambah nafsu makan tiga kali lipat. Cukup dengan tiga kali hirup setiap sebelum sarapan, makan siang dan makan malam, kamu akan merasa sangat lapar, seperti belum makan selama tiga hari. Sekarang, kelebihan berat badan bukan lagi impian!” Iklan yang lumayan meyakinkan, pikir Ursuk. Ia masih terus berjalan melewati sebuah pusat perbelanjaan, saat melihat iklan itu ditayangkan di sebuah layar besar. Beberapa wanita gemuk berjalan melewatinya, ia menoleh sambil berkata kepada dirinya sendiri, “Mereka cantik sekali, aku ingin menjadi gemuk! Sial, aku harus menaikkan berat badan, mungkin sekitar 70 kilo lagi, atau 90 kilo lagi, atau 100 kilo lagi mungkin.”
Berat badannya memang jauh dari ideal, sekitar 51 kilogram. Kulitnya pun juga putih, tidak terlihat menarik. Ia masih terus berjalan, kali ini melewati sebuah apartemen mewah, layar besar di gedungnya menayangkan iklan lainnya. “Gilken 500, krim penghitam kulit lima kali lipat. Oleskan sebanyak lima kali ke seluruh tubuh saat berjemur di bawah sinar matahari, kulit kamu akan terbakar, lima kali lebih panas dari biasanya. Ucapkan selamat tinggal kepada kulit putih!” Iklan itu cukup menarik perhatiannya, ia tertegun sejenak, kemudian bergegas berjalan menuju Orbos. Pasar swalayan itu cukup modern, ada beberapa pegawai hologram yang siap membantu jika kesulitan mencari produk yang diinginkan.
“Halo A654RX, aku mencari Gilken 500. Ada di sebelah mana ya? Oh, Urax 300 juga. Hampir saja aku lupa!” tanya Ursuk kepada pegawai hologram yang lewat di sampingnya. “Oh, kedua produk itu cepat sekali habisnya. Tapi sepertinya kamu beruntung, menurut data yang barusan aku unduh di kepalaku, masih ada masing-masing 1 buah produk Urax 300 dan Gilken 500. Bagian produk perawatan diri ada di sebelah sana, lurus saja, lalu belok kiri.” Ursuk berjalan terburu-buru, ternyata belum ada orang lain yang mengambil Urax 300 dan Gilken 500 terakhir di rak itu. Kasir hologram memindai gelang Haltin miliknya yang berwarna biru, beberapa menit kemudian transaksi selesai. Gelang berwarna biru itu kelas tertinggi, batas kreditnya lumayan besar, MD 450.000.000.
Hari sudah agak malam saat Ursuk kembali ke apartemen, jam hologram di dinding menunjukkan pukul 9 lewat 15. “Menurut artikel yang aku baca, makan malam di atas jam 8 akan membuatku cepat gemuk. Apalagi, kalau setelah itu langsung tidur. Ini saat yang tepat untuk mencoba produk baru ini!” Ia mengambil Urax 300 dari kantung belanja dan menarik tutupnya, produk itu mengeluarkan asap berwarna merah, ungu dan kuning yang meliuk-liuk seperti tentakel. Ia kemudian menghirupnya sebanyak tiga kali. Satu kali, ia mulai terasa lapar. Dua kali, lebih lapar lagi. Tiga kali, laparnya bukan main. Entah seperti belum makan berapa hari, tiga hari mungkin, seperti yang iklan itu bilang. Ia makan dengan sangat rakus, sepertinya tiga kali lebih banyak dari biasanya. Saat perutnya masih terasa sangat kenyang, ia bergegas naik ke tempat tidurnya. Ia mengambil dua buah pil Lublek 200, beberapa detik kemudian ia langsung tertidur pulas. Obat tidur itu memang ampuh, persis seperti yang dijanjikan oleh iklannya, tertidur lelap seperti baru disuntik obat bius untuk gajah.
Keesokan harinya ia terbangun sekitar pukul 7 pagi, perutnya terasa agak sakit, karena masih kekenyangan. Ursuk kemudian mengambil Urax 300, dan menghirup asapnya lagi sebanyak tiga kali. Ia melahap sarapannya dengan rakus, kali ini hanya dua kali dari porsi biasanya. Sepertinya iklan itu menawarkan janji yang agak berlebihan, atau mungkin ia lupa berapa kali lipat porsi sarapan yang dihabiskannya pagi itu. Sebelum berpakaian, ia mengoleskan krim Gilken 500 ke seluruh tubuhnya sebanyak lima kali. Krim itu tidak lengket, tidak berwarna dan juga terasa kering saat dioleskan. Ia bergegas berangkat kerja, berjalan melewati beberapa gedung perkantoran. Iklan-iklan produk kecantikan masih gencar ditayangkan di kanan kiri jalan, banyak merek baru yang bahkan belum pernah ia dengar sebelumnya.
“Sialan, iklan-iklan ini membuatku tergoda! Tapi cukup Urax 300 dan Gilken 500 saja untuk saat ini, sepertinya klaim mereka lebih meyakinkan daripada ratusan produk baru lainnya,” gumam Ursuk. Matahari bersinar cerah pagi itu, tapi tiba-tiba ia merasakan kulitnya terbakar. Mungkin lima kali lebih panas dari biasanya, seperti yang dijanjikan iklan itu. Ursuk merasa sangat kesakitan, tapi ia terus berjalan menuju kantor, mengurungkan niatnya untuk beralasan tidak masuk kerja. “Ini belum seberapa, aku pasti kuat. Kecantikan itu ada harganya,” ujarnya sembari menahan panas yang luar biasa di kulitnya. Pukul 1 siang, ia tidak kuat lagi untuk melanjutkan pekerjaannya.
Ursuk memutuskan untuk pulang lebih awal, tapi itu adalah keputusan yang salah, panas terik matahari saat siang hari justru lebih sinting lagi! Mungkin tujuh kali lipat, atau delapan kali lipat, atau sepuluh kali lipat. Oh, hanya Mesin Maha Cerdas yang tahu. “Oh, aku pasti kuat! Kecantikan itu ada harganya!” Ursuk masih berusaha meyakinkan dirinya. Ia mampir ke sebuah restoran cepat saji dan memesan tujuh porsi makan siang untuk dibawa pulang. Sesampainya di apartemen ia tidak langsung mandi dan menghapus krim Gilken 500 di sekujur tubuhnya, yang membuatnya kesakitan luar biasa. Padahal, kulitnya sudah melepuh dan terlihat menghitam, agak terkelupas sedikit. Kecantikan itu ada harganya, begitu pikirnya.
Ia kembali menghirup Urax 300 sebelum makan siang, padahal ia masih sangat kenyang. Tapi tidak, bukan tiga kali hirup seperti yang dianjurkan. Satu kali, ia mulai terasa lapar. Dua kali, lebih lapar lagi. Tiga kali, laparnya bukan main. Empat kali, amat sangat lapar sekali. Lima kali, lapar seperti belum makan selama seminggu. Ia terus makan dan makan dengan rakus. Porsi kesatu, habis dalam beberapa menit. Porsi kedua, ia masih makan dengan lahap. Porsi ketiga, ia mulai sedikit kenyang. Porsi keempat, ia mulai sedikit mual. Porsi kelima, ia mulai muntah. Ursuk masih  terus memaksa untuk makan. Muntah, makan lagi. Muntah lagi, makan lagi. Muntah lagi, terus makan lagi. Porsi kelima akhirnya habis dengan paksa, perutnya sudah tidak bisa menerima makanan lagi.
Masih ada dua porsi yang harus ia habiskan. Porsi keenam, makan lagi. Muntah lagi, makan lagi. Muntah lagi, tersedak. Makan lagi, muntah. Mulutnya masih penuh dengan makanan, ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri. “Akk-kkuu pass-sstii bis-ssaa! Kecann-tikk-aann itt-ttuu add-daa harr-ggaa-nnyyaa…” Ursuk tersedak lagi, lalu makan lagi. Sekarang hanya tinggal satu porsi lagi yang tersisa, ia masih memaksa untuk makan. Muntah lagi. Tersedak lagi. Makan lagi, tersedak, dan kemudian mampus. Ursuk ambruk di meja makan, wajahnya menghantam piring dengan keras, sampai pecah berkeping-keping. Layar televisi di belakangnya menayangkan iklan sebuah produk kecantikan, “Ada harga untuk sebuah kecantikan, tapi tidak selalu harus mahal!”

Thursday, May 12, 2016

Release Poster II

Poster for Dispersion Records' upcoming cassette releases, visit the blog for more info!


*Flowers stock image via this link

Tuesday, August 25, 2015

Haldol's Cassette Sleeve

Sleeve layout for Haldol's upcoming S/T cassette that will be released on my own label Dispersion Records. The cover artwork is originally white ink on black background, but I invert the color to make it more visible when xeroxed onto color papers (red and purple).

sleeve layout


original artwork (by Geoff from Haldol)

Monday, August 24, 2015

Release Poster I

Poster for Dispersion Records' first two cassette releases, Haldol's S/T cassette (Phily's dark punk) and Eerie's S/T cassette (Yogyakarta's dark punk). The cassettes will be released on September 5th at a local punk gig in Jakarta, a part of Eerie's mini tour. Padang's frantic hardcore punk Hurt also will be joining them on the tour, expect some savage shows!

Release poster

preview of the cassettes

*Bat stock image via this article

Wednesday, May 27, 2015

Dance, to decadence!

It's been quite around here, but I'll update this blog with a personal post this time. So I've been listening again to "oldschool" EBM lately — which reminds me of the 18 years old me, thanks to High-Functioning Flesh and Body Of Light. I have committed a series of unapologetic, shameful acts at that time. God forbid what I did! I was a "mall goth" back then, it's not like I'm a real one or something now, and I don't want to be labeled anyway. But I've been through all that phase, I learned how to apply eyeliner myself, I had Joy Division and The Smiths bootleg shirts, I even had a Vampire Freaks account! You know, that Friendster-like social media for "mall goths" — for those who happened to like anything from dark electro to visual kei (what the fuck?!), which landed me on dark electro, future pop, "rave goth" type of things. I showed those bands to some of my friends, and they got hooked to the beats too.


After all those embarassment, then I came across bands like Skinny Puppy, Front 242 and Front Line Assembly. I was like, "What the fuck? These bands are weird and dark, but not like, all those rave goth kind of things!" I have discovered bands like Bauhaus and Siouxsie & The Banshees, even more "dance-able" bands like Dead Or Alive and Soft Cell, before I listened to aggrotech and future pop. But no, I've never heard of EBM (Electronic Body Music) at the time, the term and the music — not until I discovered Skinny Puppy and such. It's like a rabid mix of industrial and synthpop, when I heard them for the first time. And then I questioned myself, "Am I going to repent thy sins?" Then I did, I deleted my Vampire Freaks account, and I disposed of my eyeliner. It's been a long time, and I'm revisiting "oldschool" EBM now. It's not like I'm a hardcore fan, in fact, I only listen to a handful. But to celebrate the good old days, I'm going to lace up my boots, and dance to decadence!





*artwork by yours truly, original image via Free Images